Rabu, 16 November 2011

APRESIASI PUISI

 

APRESIASI PUISI

Bacalah puisi berikut ini dengan apresiasi yang kuat lalu kerjakan tugas-tugas di bawah ini!

 

 Nyanyian Angsa 

Ogos 7, 2009                  Karya W.S. Rendra

Majikan rumah pelacuran berkata kepadanya:
“Sudah dua minggu kamu berbaring.
Sakitmu makin menjadi.
Kamu tak lagi hasilkan uang.
Malahan kapadaku kamu berhutang.
Ini beaya melulu.
Aku tak kuat lagi.
Hari ini kamu harus pergi.”
(Malaikat penjaga Firdaus.
Wajahnya tegas dan dengki
dengan pedang yang menyala
menuding kepadaku.
Maka darahku terus beku.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur yang sengsara.
Kurang cantik dan agak tua).
Jam dua-belas siang hari.
Matahari terik di tengah langit.
Tak ada angin. Tak mega.
Maria Zaitun ke luar rumah pelacuran.
Tanpa koper.
Tak ada lagi miliknya.
Teman-temannya membuang muka.
Sempoyongan ia berjalan.
Badannya demam.
Sipilis membakar tubuhnya.
Penuh borok di klangkang
di leher, di ketiak, dan di susunya.
Matanya merah. Bibirnya kering. Gusinya berdarah.
Sakit jantungnya kambuh pula.
Ia pergi kepada dokter.
Banyak pasien lebih dulu menunggu.
Ia duduk di antara mereka.
Tiba-tiba orang-orang menyingkir dan menutup hidung mereka.
Ia meledak marah
tapi buru-buru jururawat menariknya.
Ia diberi giliran lebih dulu
dan tak ada orang memprotesnya.
“Maria Zaitun,
utangmu sudah banyak padaku,” kata dokter.
“Ya,” jawabnya.
“Sekarang uangmu brapa?”
“Tak ada.”
Dokter geleng kepala dan menyuruhnya telanjang.
Ia kesakitan waktu membuka baju
sebab bajunya lekat di borok ketiaknya.
“Cukup,” kata dokter.
Dan ia tak jadi mriksa.
Lalu ia berbisik kepada jururawat:
“Kasih ia injeksi vitamin C.”
Dengan kaget jururawat berbisik kembali:
“Vitamin C?
Dokter, paling tidak ia perlu Salvarzan.”
“Untuk apa?
Ia tak bisa bayar.
Dan lagi sudah jelas ia hampir mati.
Kenapa mesti dikasih obat mahal
yang diimport dari luar negri?”
(Malaikat penjaga Firdaus.
Wajahnya iri dan dengki
dengan pedang yang menyala
menuding kepadaku.
Aku gemetar ketakutan.
Hilang rasa. Hilang pikirku.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur yang takut dan celaka.)
Jam satu siang.
Matahari masih dipuncak.
Maria Zaitun berjalan tanpa sepatu.
Dan aspal jalan yang jelek mutunya
lumer di bawah kakinya.
Ia berjalan menuju gereja.
Pintu gereja telah dikunci.
Karna kuatir akan pencuri.
Ia menuju pastoran dan menekan bel pintu.
Koster ke luar dan berkata:
“Kamu mau apa?
Pastor sedang makan siang.
Dan ini bukan jam bicara.”
“Maaf. Saya sakit. Ini perlu.”
Koster meneliti tubuhnya yang kotor dan berbau.
Lalu berkata:
“Asal tinggal di luar, kamu boleh tunggu.
Aku lihat apa pastor mau terima kamu.”
Lalu koster pergi menutup pintu.
Ia menunggu sambil blingsatan dan kepanasan.
Ada satu jam baru pastor datang kepadanya.
Setelah mengorek sisa makanan dari giginya
ia nyalakan crutu, lalu bertanya:
“Kamu perlu apa?”
Bau anggur dari mulutnya.
Selopnya dari kulit buaya.
Maria Zaitun menjawabnya:
“Mau mengaku dosa.”
“Tapi ini bukan jam bicara.
Ini waktu saya untuk berdo’a.”
“Saya mau mati.”
“Kamu sakit?”
“Ya. Saya kena rajasinga.”
Mendengar ini pastor mundur dua tindak.
Mukanya mungkret.
Akhirnya agak keder ia kembali bersuara:
“Apa kamu – mm – kupu-kupu malam?”
“Saya pelacur. Ya.”
“Santo Petrus! Tapi kamu Katolik!”
“Ya.”
“Santo Petrus!”
Tiga detik tanpa suara.
Matahari terus menyala.
Lalu pastor kembali bersuara:
“Kamu telah tergoda dosa.”
“Tidak tergoda. Tapi melulu berdosa.”
“Kamu telah terbujuk setan.”
“Tidak. Saya terdesak kemiskinan.
Dan gagal mencari kerja.”
“Santo Petrus!”
“Santo Petrus! Pater, dengarkan saya.
Saya tak butuh tahu asal usul dosa saya.
Yang nyata hidup saya sudah gagal.
Jiwa saya kalut.
Dan saya mau mati.
Sekarang saya takut sekali.
Saya perlu Tuhan atau apa saja
untuk menemani saya.”
Dan muka pastor menjadi merah padam.
Ia menuding Maria Zaitun.
“Kamu galak seperti macan betina.
Barangkali kamu akan gila.
Tapi tak akan mati.
Kamu tak perlu pastor.
Kamu perlu dokter jiwa.”
(Malaekat penjaga firdaus
wajahnya sombong dan dengki
dengan pedang yang menyala
menuding kepadaku.
Aku lesu tak berdaya.
Tak bisa nangis. Tak bisa bersuara.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur yang lapar dan dahaga.)
Jam tiga siang.
Matahari terus menyala.
Dan angin tetap tak ada.
Maria Zaitun bersijingkat
di atas jalan yang terbakar.
Tiba-tiba ketika nyebrang jalan
ia kepleset kotoran anjing.
Ia tak jatuh
tapi darah keluar dari borok di klangkangnya
dan meleleh ke kakinya.
Seperti sapi tengah melahirkan
ia berjalan sambil mengangkang.
Di dekat pasar ia berhenti.
Pandangnya berkunang-kunang.
Napasnya pendek-pendek. Ia merasa lapar.
Orang-orang pergi menghindar.
Lalu ia berjalan ke belakang satu retoran.
Dari tong sampah ia kumpulkan sisa makanan.
Kemudian ia bungkus hati-hati
dengan daun pisang.
Lalu berjalan menuju ke luar kota.
(Malaekat penjaga firdaus
wajahnya dingin dan dengki
dengan pedang yang menyala
menuding kepadaku.
Yang Mulya, dengarkanlah aku.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur lemah, gemetar ketakutan.)
Jam empat siang.
Seperti siput ia berjalan.
Bungkusan sisa makanan masih di tangan
belum lagi dimakan.
Keringatnya bercucuran.
Rambutnya jadi tipis.
Mukanya kurus dan hijau
seperti jeruk yang kering.
Lalu jam lima.
Ia sampai di luar kota.
Jalan tak lagi beraspal
tapi debu melulu.
Ia memandang matahari
dan pelan berkata: “Bedebah.”
Sesudah berjalan satu kilo lagi
ia tinggalkan jalan raya
dan berbelok masuk sawah
berjalan di pematang.
(Malaekat penjaga firdaus
wajahnya tampan dan dengki
dengan pedang yang menyala
mengusirku pergi.
Dan dengan rasa jijik
ia tusukkan pedangnya perkasa
di antara kelangkangku.
Dengarkan, Yang Mulya.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur yang kalah.
Pelacur terhina).
Jam enam sore.
Maria Zaitun sampai ke kali.
Angin bertiup.
Matahari turun.
Haripun senja.
Dengan lega ia rebah di pinggir kali.
Ia basuh kaki, tangan, dan mukanya.
Lalu ia makan pelan-pelan.
Baru sedikit ia berhenti.
Badannya masih lemas
tapi nafsu makannya tak ada lagi.
Lalu ia minum air kali.
(Malaekat penjaga firdaus
tak kau rasakah bahwa senja telah tiba
angin turun dari gunung
dan hari merebahkan badannya?
Malaekat penjaga firdaus
dengan tegas mengusirku.
Bagai patung ia berdiri.
Dan pedangnya menyala.)
Jam tujuh. Dan malam tiba.
Serangga bersuiran.
Air kali terantuk batu-batu.
Pohon-pohon dan semak-semak di dua tepi kali nampak tenang
dan mengkilat di bawah sinar bulan.
Maria Zaitun tak takut lagi.
Ia teringat masa kanak-kanak dan remajanya.
Mandi di kali dengan ibunya.
Memanjat pohonan.
Dan memancing ikan dengan pacarnya.
Ia tak lagi merasa sepi.
Dan takutnya pergi.
Ia merasa bertemu sobat lama.
Tapi lalu ia pingin lebih jauh cerita tentang hidupnya.
Lantaran itu ia sadar lagi kegagalan hidupnya.
Ia jadi berduka.
Dan mengadu pada sobatnya
sembari menangis tersedu-sedu.
Ini tak baik buat penyakit jantungnya.
(Malaekat penjaga firdaus
wajahnya dingin dan dengki.
Ia tak mau mendengar jawabku.
Ia tak mau melihat mataku.
Sia-sia mencoba bicara padanya.
Dengan angkuh ia berdiri.
Dan pedangnya menyala.)
Waktu. Bulan. Pohonan. Kali.
Borok. Sipilis. Perempuan.
Bagai kaca
kali memantul cahaya gemilang.
Rumput ilalang berkilatan.
Bulan.
Seorang lelaki datang di seberang kali.
Ia berseru: “Maria Zaitun, engkaukah itu?”
“Ya,” jawab Maria Zaitun keheranan.
Lelaki itu menyeberang kali.
Ia tegap dan elok wajahnya.
Rambutnya ikal dan matanya lebar.
Maria Zaitun berdebar hatinya.
Ia seperti pernah kenal lelaki itu.
Entah di mana.
Yang terang tidak di ranjang.
Itu sayang. Sebab ia suka lelaki seperti dia.
“Jadi kita ketemu di sini,” kata lelaki itu.
Maria Zaitun tak tahu apa jawabnya.
Sedang sementara ia keheranan
lelaki itu membungkuk mencium mulutnya.
Ia merasa seperti minum air kelapa.
Belum pernah ia merasa ciuman seperti itu.
Lalu lelaki itu membuka kutangnya.
Ia tak berdaya dan memang suka.
Ia menyerah.
Dengan mata terpejam
ia merasa berlayar
ke samudra yang belum pernah dikenalnya.
Dan setelah selesai
ia berkata kasmaran:
“Semula kusangka hanya impian
bahwa hal ini bisa kualami.
Semula tak berani kuharapkan
bahwa lelaki tampan seperti kau
bakal lewat dalam hidupku.”
Dengan penuh penghargaan lelaki itu memandang kepadanya.
Lalu tersenyum dengan hormat dan sabar.
“Siapakah namamu?” Maria Zaitun bertanya.
“Mempelai,” jawabnya.
“Lihatlah. Engkau melucu.”
Dan sambil berkata begitu
Maria Zaitun menciumi seluruh tubuh lelaki itu.
Tiba-tiba ia terhenti.
Ia jumpai bekas-bekas luka di tubuh pahlawannya.
Di lambung kiri.
Di dua tapak tangan.
Di dua tapak kaki.
Maria Zaitun pelan berkata:
“Aku tahu siapa kamu.”
Lalu menebak lelaki itu dengan pandang matanya.
Lelaki itu menganggukkan kepala: “Betul. Ya.”
(Malaekat penjaga firdaus
wajahnya jahat dan dengki
dengan pedang yang menyala
tak bisa apa-apa.
Dengan kaku ia beku.
Tak berani lagi menuding padaku.
Aku tak takut lagi.
Sepi dan duka telah sirna.
Sambil menari kumasuki taman firdaus
dan kumakan apel sepuasku.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur dan pengantin adalah saya.)


W.S. Rendra

(Born November 07, 1935 in Solo, Indonesia) 

 

 

Latihan:

1. Apa tema puisi tersebut?

2. Jelaskan isi puisi tersebut!

3. Nilai moral dan nilai religius apa yang tersirat dalam puisi tersebut?


Catatan: Tugas dikerjakan secara individual dalam buku latihan.

Bumi Siliwangi, 18 November 2011  

(Saat mata mulai terpejam)           

Senin, 19 September 2011

MENCERITAKAN ISI CERITA PENDEK

Bacalah penggalan cerita pendek berikut ini dengan cermat!


Segelas Susu

     Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu.” Sudah seharian ini aku berjalan, tapi mengapa dagangan aku belum juga habis?” Lalu ia menemukan bahwa di kantongnya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.” Apa mungkin uang ini  cukup untuk membeli makanan?” katanya dalam hati.” Makanan apa yang harus aku beli dengan uang segini.?
     Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah.” Apakah pemilik rumah ini akan memberiku makanan?” Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.” Bolehkah saya meminta air segelas saja untuk melepaskan dahaga ini?”
     Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar. Dan ia berujar.” Kamu telah berjalan seharian, apakah kamu lapar? Apa segelas susu cukup untuk melepaskan dahagamu?” Oleh karena itu, ia membawakan segelas besar susu.
      Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya : “Apakah saya harus membayar untuk segelas susu ini?” Wanita itu menjawab:? Kamu tidak perlu membayar apapun “. Ibu kamu mengajarkan itu untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan” kata wanita itu menambahkan. 
     Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata:” Harus aku balas dengan apa kebaikan Anda ini? “Biarlah Tuhan yang membalas kebaikan aku hari ini.” 
     Bertahun-tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke dokter besar, di mana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.
     Dr. Anwar dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat itu mendengar nama kota asal wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata Dr.Anwar. “ Oh Tuhan apa mungkin diaa adalah …?” Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui ruang rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut.
     Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa itu. Mulai hari itu, ia selalu memberikan perhatian khusus pada wanita itu.
     Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan? Wanita itu sembuh !!. Dr. Anwar meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya. Untuk persetujuan Dr. Anwar menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.
     Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut. Dalam hati ia berkata “Oh, Tuhan dengan apa aku harus membayar biaya perawatan ini?” Ia sangat yakin bahwa tak akan mampu untuk membayar tagihan tersebut walaupun harus diangsur selama hidupnya.
     Akhirnya ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi :"Telah dibayar lunas dengan segelas susu!! “tertanda, Dr. Anwar Yusuf. Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa :  “Tuhan, inilah balasanmu dari segelas susu itu? Terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui tangan manusia.”  

Pelatihan 1: 
1. Ungkapkan hal yang menarik dan mengesankan dari cerpen tersebut!
2. Mengapa hal tersebut mengesankan? 
3. Nilai moral dan nilai sosial apa yang tersirat dalam cerpen tersebut?

Pelatihan 2:
Buatlah sebuah cerpen karya Anda sendiri yang diambil dari pengalaman hidup Anda, baik yang menarik, mengesankan, sedih/iba, senang/gembira, atau kecewa! 

                                                                                      
                                            Bumi Siliwangi, 16 September 2011







Kamis, 30 September 2010

Musikalisasi Puisi

       Musikalisasi Puisi atau dikenal dengan MP merupakan strategi penyampaian pesan atau isi sebuah puisi. Musikalisasi puisi adalah penyampaian isi puisi dengan cara dinyanyikan. Dalam MP, kata-kata yang ada dalam puisi yang akan dinyanyikan tidak boleh diganti, diubah, dikurangi, atau ditambah. Musikalisasi puisi yang dilakukan tidak berarti harus mengubah isi yang harus ada, tetapi justru isi yang ada dalam puisi akan disampaikan kepada penikmat sastra dengan cara dinyanyikan.
       Puisi yang akan di-MP-kan hendaknya puisi yang mudah dijiwai, artinya bukan puisi abstrak. Alat musik yang dapat digunakan bermacam-macam: musik biasa (mis:gitar, keyboard, suling, drum), musik dapur (mis: galon, piring, ember), musik alam (mis: kacang hijau, bambu), musik sampah (mis: botol aqua, botol yakool).


Tugas Siswa:

1. Buatlah 4 kelompok MP !
2. Pilih satu puisi Indonesia karya penyair terkenal!
3. MP-kan!


Catatan:
Nikmati karya sastra, karena di sana terkandung seni kemanusiaan....!

Membacakan Berita

       Berita adalah pesan atau informasi. Menyampaikan berita berarti menyampaikan pesan atau informasi kepada khalayak. Berita yang disampaikan harus aktual dan faktual. Berita dapat disusun berdasarkan tingkat kepentingan sebuah berita, dapat juga disusun berdasarkan keaktualan sebuah berita.
       Sebuah berita yang disampaikan kepada khalayak secara langsung harus memperhatikan teknik-teknik penyampaian yang menarik. Berikut disajikan teknik-teknik penyampaian berita:
1. siapkan naskah/teks berita yang aktual,
2. berita bersifat faktual,
3. suara pembaca berita harus jelas,
4. penampilan pembaca berita harus menarik.

       Berita yang baik memenuhi 3 bagian, yaitu:
1. salam pembuka,
2. isi, dan
3. salam penutup.

       Perhatikan contoh teks/naskah berita berikut ini!

       Selamat siang!
       Pemirsa, semangat nasionalisme harus terus dikobarkan. Hal ini diungkapkan Sigit Ernowo. Sikap menghormati dan menghargai Sang Saka Merah Putih adalah kewajiban kita sebagai warga negara. Bukan hanya perkantoran saja yang mestinya mengibarkan bendera. Sebagai warga negara yang berjiwa besar, masyarakat juga dituntut untuk menghargai jasa para pahlawan yang telah mempertahankan kemerdekaan RI.
       Pemirsa, ...........................

       Pemirsa, demikian berita hari ini. Bertemu lagi dengan saya satu jam mendatang. Saya, Lati Andriani mohon undur diri. Selamat siang!


Tugas Siswa:

1. Susunlah sebuah naskah berita untuk waktu 3 menit!
2. Berita berisi informasi atau pesan yang faktual dan aktual.
3. Sumber berita dari televisi, internet, radio, atau surat kabar.
4. Berita dibacakan oleh masing-masing siswa di depan kelas.
5. Pakaian yang digunakan PSAS lengkap berdasi, kecuali Kamis dan Sabtu menggunakan batik sekolah.


Catatan: jawaban dikimkan melalui e-mail, dalam bentuk word. Jangan lupa tulis nama dan kelas!

Minggu, 29 Agustus 2010

My First Blog

Welcome to my blog! ini merupakan blog pertamaku jadi bagi para pembaca aku harap bisa memberikan kritik dan sarannya untuk perbaikan penulisan blog-ku kedepannya.
thank’s for All.